Notification

×

Iklan

Iklan

Anies Mengungkap Puncak Perbedaan Antara Calon Wakil Presiden, Rapat Berakhir Tanpa Kesepakatan hingga Terjadi Gebrakan Meja

Tuesday, September 5, 2023 | September 05, 2023 WIB | 0 Views

Calon Presiden yang akan datang, Anies Baswedan, mengungkap momen puncak ketegangan dalam penentuan calon wakil presiden (cawapres) saat rapat di Tim 8. Rapat ini melibatkan perwakilan dari Anies, NasDem, PKS, dan Partai Demokrat.

Rapat Berakhir Tanpa Kesepakatan hingga Terjadi Gebrakan Meja


Rapat tersebut berjalan dengan penuh ketegangan dan bahkan disertai dengan aksi mengebrak meja oleh beberapa peserta. Kejadian ini terjadi pada hari Selasa (29/8). Anies menjelaskan bahwa terdapat perbedaan pandangan yang cukup tajam antara perwakilan Partai Demokrat dan NasDem di dalam Tim 8.


Partai Demokrat ingin segera mendeklarasikan nama AHY sebagai calon wakil presiden, sementara NasDem lebih ingin menunggu sebelum melakukan deklarasi.


Anies mengatakan, "Perwakilan dari Partai Demokrat dan NasDem memiliki perbedaan pandangan yang sangat kuat, bahkan hingga mengakibatkan aksi mengebrak meja. Apa perbedaannya? Partai Demokrat ingin menetapkannya segera, sementara NasDem ingin menunggu untuk melihat apakah ada opsi lain yang muncul," Anies menjelaskan dalam wawancara di acara Mata Najwa pada hari Senin (4/9) malam.


Ia juga menyebutkan bahwa pertemuan di Tim 8 berakhir dalam kebuntuan. Selain itu, dalam rapat tersebut disampaikan bahwa Partai Demokrat bebas mencoba opsi lain jika mereka mau.


Anies menambahkan, "Dalam percakapan di Tim 8, opsi tersebut diajukan. Mereka tidak akan keluar dari koalisi, tetapi mereka akan mencoba pendekatan lain. Mereka sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengambil keputusan. Di sisi lain, NasDem tidak menolak AHY, tetapi mereka tidak ingin mendeklarasikannya secara tergesa-gesa."


Selain itu, Anies mengungkapkan bahwa setelah rapat yang berakhir tanpa keputusan, ia dihubungi dan diminta untuk datang ke Kantor NasDem pada malam Selasa. Di sana, ia bertemu dengan Ketua Umum NasDem, Surya Paloh.


"Malampun, saya sedang dalam perjalanan, saya diberitahu tentang kebuntuan hasil pertemuan di Tim 8. Saya menerima telepon dari Kantor NasDem dan diminta untuk datang," kata Anies.


Pada saat itu, Anies mengakui bahwa ia bertemu dengan Surya Paloh, dan mereka membahas kemungkinan kesepakatan dengan PKB.


"Ketika itu, saya menyampaikan bahwa ini adalah opsi yang sebelumnya tidak pernah kita pertimbangkan. Saya akan membahasnya juga dengan rekan-rekan lain," katanya.


Anies juga mengungkapkan bahwa Surya Paloh pada saat itu memiliki dua pilihan. Pertama, berunding dengan PKS dan Partai Demokrat, kemudian setuju dengan PKB. Namun, ada risiko bahwa PKB bisa saja bergabung dengan koalisi lain.


Kemudian, tindakan selanjutnya adalah menjalin kesepakatan langsung dengan PKB. Namun, ada potensi risiko bahwa PKS dan Demokrat akan merasa diabaikan karena tidak diajak berbicara. Surya Paloh diputuskan memilih opsi ini.


"Keputusan ini merupakan hasil ijtihad, kemudian Pak Surya Paloh memilih opsi untuk mengupayakan kesepakatan terlebih dahulu, meskipun ada risiko yang harus dihadapi, termasuk perasaan bahwa mereka diabaikan atau ditinggalkan," kata Anies.


Pada malam itu, Anies dan wakil-wakilnya di Tim 8 mencoba menghubungi perwakilan dari PKS dan Demokrat untuk mengadakan pertemuan. Namun, hingga dini hari, mereka belum mendapatkan respons.


"Keesokan paginya, Pak Sudirman bertemu dengan Pak Sohibul Iman dari PKS dan Pak Iftitah dari Demokrat untuk menyampaikan perkembangan ini. Tujuannya adalah agar saya bisa bertemu dengan mereka dan membahas masalah ini," ujarnya.


Menurut Anies, mereka kemudian berhasil menjalin pertemuan dengan perwakilan dari PKS. Ketika itu, PKS merespons dengan baik atas kehadiran partai baru dalam koalisi.


Namun, PKS merasa tidak senang dengan tindakan NasDem yang dianggap tidak mematuhi prosedur karena mengambil keputusan tanpa berkomunikasi dengan partai koalisi.


Di sisi lain, ia juga menyebut bahwa saat itu mereka tidak berhasil bertemu dengan perwakilan dari Demokrat.


"Pada malam Rabu itu, kami tidak dapat waktu untuk bertemu, jadi kami memutuskan untuk memeriksa kemungkinan bertemu keesokan harinya. Pada pagi harinya, kami masih belum mendapat kabar, akhirnya pada hari Kamis pagi saya memutuskan untuk pergi ke Jombang, karena saya akan pulang pada siang harinya. Namun, saat berada di sana, kami baru menerima kabar bahwa pertemuan akan dijadwalkan pada jam 4 sore. Namun, karena adanya keterlambatan pesawat, jadwal pertemuan digeser menjadi jam 6, dan akhirnya pertemuan tersebut dibatalkan," jelasnya."

×
Berita Terbaru Update