![]() |
Pasukan Maritim |
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD telah menekankan pentingnya Australia untuk memperkuat kemitraannya dengan Indonesia di bidang keamanan maritim.
Menurut keterangan pers yang diterima di Jakarta pada hari Rabu, Menkeu menyampaikan hal ini saat membahas keamanan maritim pada pertemuan "9th Australia-Indonesia Ministerial Council Meeting (MCM)" pada hari Selasa.
“Lautan yang luas, selain bermanfaat, juga menimbulkan risiko, ancaman, dan tantangan, termasuk dalam hal kejahatan transnasional yang terjadi di laut, eksploitasi sumber daya alam secara ilegal, serta aktivitas pihak-pihak yang mengancam kedaulatan dan keamanan maritim," ujar Menteri.
Indonesia prihatin dengan dua masalah utama yang terkait dengan keamanan maritim regional dan domestik, tambahnya.
Kekhawatiran pertama adalah pergerakan manusia yang tidak teratur di perairan Indonesia, khususnya masuknya pengungsi Rohingya ke wilayah Indonesia melalui laut dari tahun 2022 hingga 2023, jelasnya. Isu tersebut juga dibahas pada "Eighth Bali Process Ministerial Conference" di Adelaide, Australia, pada Februari 2023, di mana disebutkan bahwa entri tersebut dapat menjadi indikasi perdagangan manusia.
Kekhawatiran kedua Indonesia adalah penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU), kata Menteri. Kegiatan tersebut dapat mengancam kelestarian keanekaragaman hayati laut dan membahayakan mata pencaharian nelayan. Diduga kuat kelompok kriminal transnasional berada di balik praktik penangkapan ikan tersebut.
“Saya mengapresiasi kesepakatan Indonesia dan Australia dalam meningkatkan kerjasama keamanan maritim, khususnya dalam upaya menjaga dan menciptakan stabilitas keamanan dalam skala regional,” kata Mahfud.
Kedua negara telah menjalin berbagai kerjasama bilateral, yang diwujudkan melalui dialog, forum, dan pelatihan tentang isu-isu keamanan maritim menggunakan platform bilateral, regional, dan multilateral.
Menteri menyatakan dukungannya untuk kesinambungan kerjasama bilateral di sektor tersebut.
“Tidak hanya di bawah koordinasi Badan Keamanan Laut Nasional, tetapi (juga) antara Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, angkatan laut, dan kementerian dan lembaga terkait lainnya di bidang kelautan dengan mitra masing-masing di Australia,” kata Menkeu.
Dia menyoroti pentingnya komitmen kedua negara untuk memerangi penangkapan ikan IUU di bawah "Rencana Aksi Kemitraan Strategis Komprehensif Indonesia dan Australia untuk 2020–2024."
Menteri memuji dukungan Australia untuk Indonesia di Bali Process Forum terkait pergerakan orang yang tidak teratur, khususnya pengungsi Rohingya. Indonesia berkomitmen untuk menjunjung tinggi prinsip pembagian beban dan tanggung jawab.
![]() |
Penjagaan ketat maritim Indonesia |
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menekankan bahwa kerjasama di bidang keamanan maritim harus menjadi prioritas untuk kedua negara. Ia menyatakan bahwa laut yang luas di sekitar Indonesia dan Australia memberikan manfaat yang besar namun juga menimbulkan risiko dan tantangan, termasuk dalam hal kejahatan transnasional, eksploitasi ilegal sumber daya alam, serta aktivitas yang mengancam kedaulatan dan keamanan maritim.
Indonesia memiliki dua kekhawatiran utama terkait dengan keamanan maritim regional dan domestik. Pertama, adalah pergerakan manusia yang tidak teratur di perairan Indonesia, terutama masuknya pengungsi Rohingya ke wilayah Indonesia melalui laut dari tahun 2022 hingga 2023. Hal ini juga dibahas dalam "Eighth Bali Process Ministerial Conference" di Adelaide, Australia pada Februari 2023, di mana entri tersebut dapat menjadi indikasi perdagangan manusia. Kekhawatiran kedua Indonesia adalah penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU). Kegiatan tersebut dapat mengancam kelestarian keanekaragaman hayati laut dan membahayakan mata pencaharian nelayan. Diduga kuat kelompok kriminal transnasional berada di balik praktik penangkapan ikan tersebut.
Mahfud mengapresiasi kesepakatan Indonesia dan Australia dalam meningkatkan kerjasama keamanan maritim, terutama dalam upaya menjaga dan menciptakan stabilitas keamanan dalam skala regional. Kedua negara telah menjalin berbagai kerjasama bilateral dalam isu-isu keamanan maritim menggunakan platform bilateral, regional, dan multilateral. Menteri menyoroti pentingnya komitmen kedua negara untuk memerangi penangkapan ikan IUU di bawah "Rencana Aksi Kemitraan Strategis Komprehensif Indonesia dan Australia untuk 2020-2024."
Menteri Mahfud memuji dukungan Australia untuk Indonesia di Bali Process Forum terkait pergerakan orang yang tidak teratur, khususnya pengungsi Rohingya. Indonesia berkomitmen untuk menjunjung tinggi prinsip pembagian beban dan tanggung jawab bersama dan berharap Australia juga mendukungnya. Mahfud juga menggarisbawahi perlunya kolaborasi antara negara asal, negara transit, dan negara tujuan untuk mengatasi masalah migrasi ilegal.
Pada pertemuan "9th Australia-Indonesia Ministerial Council Meeting (MCM)" pada Selasa, Australia diwakili oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keamanan Siber Clare Ellen O'Neil. Mahfud menyatakan dukungannya untuk kesinambungan kerjasama bilateral di sektor keamanan maritim, tidak hanya di bawah koordinasi Badan Keamanan Laut Nasional tetapi juga antara Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, angkatan laut, dan kementerian dan lembaga terkait lainnya di bidang kelautan dengan mitra masing-masing di Australia.